Minggu, 03 Maret 2013

Tips Membuat Features

    Pengertian Feature

Sulit untuk mengetahui batasan-batasan sebuah Feature.  Daniel K. Williamsan (1983) mengibaratkan feature seperti desir angina diantara pepohonan. Maksudnya, tiap orang mudah merasakannya, namun sulit merumuskan rasa itu dalam kata-kata.ubyek

Majalah Tempo menyebutkan feature adalah artikel kreatif, kadang-kadang subyektif yang bertujuan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan.

Kesimpulan : Feature adalah cerita khas kreatif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan, atau  aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberi informasi sekaligus menghibur khlayak media massa.

Ciri khas Feature menurut Asep syamsul M. Romli “ jurnalistik praktis”

    Mengandung Human interest, memberi penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu mengugah emosi. Menyentuh rasa manusiawi.
    Mengandung unsur Sastra, di tulis dengan cara/gaya menulis fiksi

Ada beberapa jenis feature, di antaranya adalah:

    Feature berita yang lebih banyak mengandung unsur berita, berhubungan dengan peristiwa aktual yang menarik perhatian khalayak. Biasanya merupakan pengembangan dari sebuah straight news. Contohnya membahas tentang perang serdadu AS dan Irak
    Feature artikel yang lebih cenderung segi sastra. Biasanya dikembangkan dari sebuah berita yang tidak aktual lagi atau berkurang aktualitasnya. Misalnya, tulisan mengenai suatu keadaan atau kejadian, seseorang, suatu hal, suatu pemikiran, tentang ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang dikemukakan sebagai laporan (informasi) yang dikemas secara ringan dan menghibur. Misalnya, menulis tentang kondisi kaum muslimin di berbagai belahan dunia atau tren mode di tahun 2010

Asep Syamsul M. Romli, Membagi feature berdasarkan tipenya :

    Feature human interest (langsung sentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau kebencian, simpati, dan sebagainya). Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit, kehidupan seorang petugas kebersihan di jalanan, liku-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil, suka-duka menjadi dai di wilayah pedalaman, atau kisah seorang penjahat yang dapat menimbulkan kejengkelan.
    Feature pribadi-pribadi menarik atau feature biografi. Misalnya, riwayat hidup seorang tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seseorang yang memiliki keunikan sehingga bernilai berita tinggi. Itu sebabnya, Anda bisa menuliskan tentang profil para pemimpin Islam di masa lalu, misalnya. Atau Anda juga bisa cerita tentang kisahnya al-Khawarizmi, ilmuwan muslim yang menemukan angka nol.
    Feature perjalanan. Misalnya kunjungan ke tempat bersejarah di dalam ataupun di luar negeri, atau ke tempat yang jarang dikunjungi orang. Dalam feature jenis ini, biasanya unsur subjektivitas menonjol, karena biasanya penulisnya yang terlibat langsung dalam peristiwa/perjalanan itu mempergunakan “aku”, “saya”, atau “kami” (sudut pandang—point of view—orang pertama). Ambil contoh tentang perjalanan menunaikan ibadah haji. Perjalanan ke tanah suci itu bisa Anda tuangkan dalam sebuah tulisan bergaya feature yang menarik. Itu sebabnya, disarankan untuk membawa buku catatan kecil untuk menuliskan semua peristiwa yang dialami sebagai bahan penulisan. Pokoknya, sip deh.
    Feature sejarah. Yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa Keruntuhan Khilafah Islamiyah, sejarah tentang Istana al-Hamra dan benteng Granada. ‘Melongok’ kejayaan Islam di masa lalu. Sejarah tentang kekejaman tentara Salib saat membantai kaum muslimin, sejarah pertama kali Islam masuk ke Indonesia dan sebagainya. Banyak kok sejarah yang bisa kita tulis dengan jenis feature ini. Pokoknya asyik deh.
    Feature petunjuk praktis (tips), atau mengajarkan keahlian—how to do it. Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangun rumah, seni mendidik anak, panduan memilih perguruan tinggi, cara mengendarai bajaj, teknik beternak bebek, seni melobi calon mertua dan sebagainya.

Fungsi Feature

    melengkapi sajian Straight news
    pemberi infpormasi tentang suastu situasi, keadaan atau peristiwa yang terjadi
    penghibur dari pengembangan imajinasi dan menyenangkan
    wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan/ peristiwa
    sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak

Menulis Feature

Sama seperti tulisan jurnalistik, hal yang terpenting adalah Lead. Lead ibarat pembuka jalan. Jadi harus benar-benar menarik dan mengundang rasa penasaran pembaca untuk terus membaca. Sebab, gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa ogah meneruskan membaca.

Macam-macam Lead :

    Lead ringkasan, yang merujuk langsung pada inti cerita yang akan tercapai. Tetapi jangan terlalu ‘telanjang’ dalam menulis lead Ringkasan.

Contoh : Matanya terpejam, sudut bibirnya menyeringai, napasnya tampak tersendat, kini tubuhnya Andryan mulai mengejang. Sebuah King Smash yang dilakukan Andryan, bukan hanya menambah point bagi dirinya, tetapi juga mengantarnya ke unit gawat darurat  RS PMI Bogor. Ya, Adryan kena serangan jantung. Tapi, bukan Adryan saja, terlalu banyak lelaki aktif yang kemudian terkapar gara-gara jantungnya berhenti berdenyut…

    Lead pertanyaan, seolah-olah memberi pertanyaan pada pembaca yang mengusik rasa ingin tahu pembaca.

Contoh : Masih bingung menulis Feature? Ah, jawabnya sederhana saja. Berlatih, berlatih, dan brlatih. Karena dengan berlatih kepekaan Anda akan rasa bahasa semakin terarah…

    Lead Bercerita, Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.

Contoh : Anak berseragam putih-abu itu menenteng balok kayu. Sorot matanya tajam bagai elang mengincar mangsanya. Sejurus kemudian ia memberi komando untuk menyerang lawannya dari sekolah lain. Tawuran pun tak bisa dihindari lagi. Warga sekitar kejadian, yang kebanyakan ibu-ibu ketakutan menyaksikan drama itu…

    Lead Deskriptif. Lead ini menceritakan gambaran kepada pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian.

Contoh : Sesekali wanita tua itu mengelap keringatnya yang mengucur dengan ujung kebayanya, ia terus mengulek bumbu pecel. Sementara anak-anak sekolah sibuk berebutan membeli gorengan di kantin sekolah itu. Meski banyak anak yang suka curang dengan tidak membayar dagangannya, Bu Maryam tak pernah ambil pusing, “Mungkin dia tidak punya uang”, katanya suatu saat….. dst….

e.  Lead Nyentrik/ unik. Bersifat ekstrim bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya.  Contoh :

Hancurkan Amerika!

Tangkap Bush!

Teriakan itu bersahut-sahutan dari ribuan pendemo di depan Kedubes AS dalam unjuk rasa menentang invasi AS dan sekutunya ke Irak ….

    Lead Menuding. Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata “Anda” atau “Saudara” (bisa juga Anda). Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan. Contoh:

Anda jangan bangga dulu punya HP oke. Meski kemana-mana nenteng ponsel yang fiturnya seabrek, boleh jadi Anda buta tentang teknologi

    Lead gabungan

Contoh : ” Kemerdekaan bukanlah hasil bertapa di bawah pohon kamboja, ” teriak Soekarno di depan ratusan massa. Ucapannya disambut suara gemuruh, membuat langit di atas lapangan Ikada bergetar….

Langkah kedua setelah Lead adalah adalah Body. Tiga prinsip dalam memperhatikan Body adalah :

    kesatuan karangan arus di jaga
    pertalian antara fakta yang diungkap perlu diperhatikan
    tekanan pada masing-masing alinea makin ke bawah makin berkurang

trik dalam membuat tulisan feature adalah :

    Tulislah lead yang “bicara”, yang “bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan,
    Gunakan kata-kata sederhana, bukan yang berkabut.
    Hindarkan kata-kata teknis, atau istilah asing yang kurang perlu,
    Usahakan kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”,
    Sebanyak mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan, gerak. Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat.
    Berkisahlah untuk pembaca,
    Berkisahlah seperti melukis.

( Diambil dari berbagai sumber) ” Bahan Sharing “11″ buat Mahasiswa 2009“

Banjir Masih Membayangi Kota Medan



Banjir Masih Membayangi Kota Medan
 Oleh : Sagita Purnomo
Baru genap sebulan kota medan mendapatkan piala Adipura sebagai predikat kota Metropolitan 2012. Namun masih banyak persoalan yang dihadapi kota ini, salah satunya adalah banjir yang kerap menjadi masalah serius dikota-kota besar berpredikat kota metropolitan.
Seperti yang terjadi pada hari Rabu (4/7) lalu. Hujan deras di sertai angin kencang mengguyur kota medan selama 2 jam lebih menyebabkan banjir yang cukup parah hampir diseluruh wilayah kota medan, salah satunya adalah jalan Kenanga Sari III kecamatan medan selayang, tempat penulis tinggal bahkan rumah penulis pun tak luput dari genangan air setinggi mata kaki.
Ada beberapa faktor penyebab banjir dikota ini antara lain : mulai dari minimnya ruang terbuka hijau (RHT), hutan gundul, curah hujan sangat tinggi, bangunan di daerah aliran sungai (DAS), serta buruknya drainase kota.
Minin RTH
Menurut salah satu Analis tata ruang dan tata kota di Medan, Rafriandi Nasution.Mengatakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang dan Tata Wilayah, kota harus memiliki 30 persen RTH. “Untuk mewujudkan RTH sebesar 30 persen dari luas Medan itu Cuma mimpi, karena faktanya kita hampir tidak dapat menemukan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Medan,” katanya
Meski memiliki luas wilayah sebesar 26.510 hektar, namun hutan kota yang ada di seputar kota hanya sekitar 31,2 hektar atau setara 0,12% dari luas wilayah kota. Hal ini merupakan salah satu pemicu terjadinya banjir bila intensitas hujan sedang tinggi, karena minimnya RTH yang berfungsi sebaagi daerah resapan air.
Dikatakan Rafriandi, realisasi RTH 30% dari luas kota Medan merupakan harapan yang sangat kecil, karena daerah-daerah resapan air yang seharusnya dibangun dengan tipe besar tidak mampu beroperasi dengan baik, seperti kanal yang bisa dinyatakan tidak berfungsi. “Sangat kecil lah untuk diwujudkan 30% RTH, terutama melihat kondisi Kota Medan saat ini yang nyaris sebagai hutan beton. Bila tidak bisa diwujudkan 30% RTH, maka banjir di medan tidak terobati,” .(waspadaonline.com)
Drainase dan Curah Hujan
Drainase kota yang buruk juga turut memegang andil atas banjir yang kerap terjadi. Persoalanan drainase di medan. Belum sistematisnya sistem pengaliran drainase yang ada menjadi penghambat berjalannya konsep drainase. Hal ini disebabkan karena tidak terencananya perkembangan pemukiman penduduk, yang mengakibatkan berkurangnya daerah resapan, maupun daerah penampungan air. Pembangunan rumah yang tidak terkendali inilah diyakini mengancam alur-alur drainase kota, sehingga terjadinya penyempitan atau penutupan saluran drainase. Boleh dibilang cukup banyak bangunan di Kota Medan meletakkan pondasi rumah pada saluran drainase.
Hampir seluruh wilayah dikota ini drainasenya buruk, sepeerti yang terlihat di  Jalan DI Panjaitan, Jalan Pengadilan, dan Jalan Kapten Pattimura. Kondisi drainase ini sebagian tergenang air berwarna gelap, ditumbuhi rumput liar, dan dipenuhi sampah. Serta Jalan HM Yamin, Jalan Asia, Jalan Wahidin dan Jalan Thamrin, Jalan Pahlawan,jalan Darusalam, Jalan Ampera, Jalan Sutomo serta sejumlah ruas jalan lainnya yang kerap menjadi langganan banjir apabila hujan turun.
Keadaan ini perparah dengan itensitas hujan yang cukup tinggi diwilayah sumut yaitu mencapai 1.500-4.500 milimeter per tahun. Tentu saja dengan curah hujan yang cukup tinggi ini jika tidak di imbangi dengan drainase yang baik tentu saja berdampak pada luapan air yang berujung banjir.
Penyempitan DAS
Hampir seluruh daerah aliran sungai (DAS) Kota Medan sudah diisi bangunan perumahan. Bukan hanya perumahan kumuh tanpa izin, pun ada bangunan-bangunan megah perumahan dan pertokoan yang lengkap dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) turut merusak DAS.
Sederhananya, banjir terjadi karena penampang sungai tidak muat lagi menampung saat air meluap. Bantaran sungai sudah penuh diisi rumah-rumah. Volume tampung air berkurang sebanyak volume bangunan. Terjadilah botle neck, sehingga air mencari titik yang lemah dan meledaklah. Tanggul pun jebol, air pun melimpah kemana-mana.
Kegiatan penyempitan arus sungai, banyak pihak yang memanfaatkan garis sepadan sungai untuk mendirikan bangunan. Sehingga saat ini sulit untuk mencari  batas sungai, karena  sudah tembok. Namun sayangnya tidak ada tindakan tegas dari Pemko Medan, bahkan terkesan dilindungi, terbukti Pemko Medan tetap saja mengeluarkan izin mendirikan bangunan, meski bangunan tersebut diketahui melanggar garis sepadan sungai
Sisi lain penyempitan sungai juga kian menjadi. Hal ini diperparah dengan pelanggaran penggunaan daerah resapan sungai. Idealnya sungai besar harus memiliki daerah resapan atau jalur hijau sejauh 100 meter, sedangkan sungai kecil 50 meter di kedua sisinya.
Selain itu kebiasaan buruk dari masyarakat seperti membuang sampah sembarangan di sungai dan selokan juga turut andil dalam menimbulkan banjir, sampah yang dibuang kedalam sungai maupun selokana akan menghambat aliran air, dan apabila hujuan deras turun akan mengakibatkan air meluap yang berujung pada banjir. Selain faktor alam manusia juga berperan besar menyebabkan bencana terutama banjir, oleh sebab itu jaga dan lestarikanlah lingkungan tempat kita tinggal. Sebab banyaknya bencana  yang terjadi pada saat ini tidak luput dari perbuatan kita manusia sebagai Khalifa dibumi.***
Penulis adalah mahasiswa fakultas hukum UMSU
Artikel ini telah dimuat di Harian Analisa
Link : http://www.analisadaily.com/mobile/read/?id=66832

Menyoal Monopoli Minimarket Modren



Menyoal Monopoli Minimarket Modren
Oleh : Sagita Purnomo
Sebagai masyarakat yang terbiasa berbelanja di toko atau kedai tradisional, penulis merasa sedikit ‘risih’ dengan dominasi minimarket modern yang terkesan memonopoli hingga membuat kaum pedagang bermodal pas-pasan kian merana. Disitu, ada sebuah jurang pemisah yang sangat lebar antara kaum bermodal yang semakin kaya dengan pedagang kecil yang semakin terjepit.
Sebagai tempat berbelanja, kedai  merupakan salah satu tempat usaha yang menjual berbagai kebutuhan barang pokok yang diminati banyak orang. Di sini menjual barbagai kebutuhan sehari hari yang sangat dibutuhkan masyarakat mulai dari makanan dan minuman, rokok, beras, sabun, dan keperluan rumahan lain semua tersedia di kedai.
Untuk mendirikan usaha ini tidak begitu runit selain dapat dijalankan atau dibuka di rumah sendiri, keberadaan kedai ini juga sangat vital peranya di masyarakat, ketergantungan masyarakat terhadap kedai ini lah  menjadikan semakin banyak orang yang mendirikan usaha serupa sehingga dapat menggerakan roda perekonimian serta menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Keuntungan dari  membuka usaha kedai bisa dibilang cukup lumayan tergantung dari seberapa besar usaha kedai yang dibuka. Semangkin besar kedainya tentu semangkin besar modal dan keuntunganya, dari usaha kedai ini dapat diperoleh keuntungan yang menjanjikan, bahkan tidak sedikit dari pemilik toko tersebut dapat memberikan pendidikan kepada anaknya sampai jenjang yang lebih tinggi.
Fenomena Minimarket Modern
Kehadiran pasar modern seperti supermarket, sualayan, minimarket, dan tempat perbelanjaan yang ada di mall/pelaza yang perkembanganya kian hari kian pesat. Fenomena ini menunjukan bahwa usaha di bidang ini menghasilkan keuntungan yang menjanjikan bagi pelakunya.
Pertumbuhan minimarket modern sangat pesat, namun dari sekian banyak kehadiran minimarket modern ini, ada satu yang paling fenomenal keberadaanya. Sebut saja minimarket modern yang fenomenal itu dengan inisial “I”. Sejak kemunculanya pada tiga tahun lalu hingga sekarang ini terhitung sampai dengan bulan maert 2012, jumlah minimarket “I”  mencapai 148 gerai yang tersebar di seluruh wilayah kota medan ini. Kita dapat menjumpainya dimana saja, mulai dari lingkunag di sekitar tempat tinggal kita, dari pusat kota, hingga kepelosok daerah, dari jalan protokol hingga jalan kampung.
Strategi pemasaran yang diusung minimarket modren  sangat menarik mulai dari pemilihan lokasi strategis seperti di pinggir jalan raya, di daerah pemungkiman ramai,  konsep penataan yang terang, dengan rapi  memajangkan produk-produknya yang membuat pengunjung menjadi nyaman, dan harga yang lebih sedikit murah atau beda tipis dibandingkan harga di tokoh biasa. Selain itu terkadang juga sering menawarkan promosi harga barang baru dan diskon-diskon yang dapat menarik minat konsumen untuk berbelanja.
Namun kehadiran  minimarket modren ini berdampak negatif pada usaha toko kecil atau kedai. Keberadaan minimarket modern membuat toko kecil banyak kehilangan pelanggannya. Keterbatasan yang dimiliki toko kecil, tidak memungkinkan untuk bisa bersaing  dengan minimarket modern. Fasilitas dan kualitas serta sistem managemen yang lebih baik  membuat konsumen lebih memilih untuk belanja di minimarket modren.
Persaingan Tidak Seimbang
 Keberadaan toko kecil atau kedai mulai terkepung oleh minimarket modren. Jaraknya sangat dekat, bahkan ada yang bersebelahan yang berjarak beberapa meter saja. Belum adanya peraturan daerah (Perda) yang jelas dari Pemko medan mengenai tata letak atau lokasi minimarket modern menjadikan toko atau kedai kalah bersaing hingga terancam gulung tikar.
Selain itu ada beberapa faktor lain yang membuat tokoh kecil kalah bersaing dengan minimarket modern yaitu: Pertama faktor harga, dimana minimarket modren banyak memberi potongan-potongan harga yang membuat harga barang tersebut relatif lebih murah. Kedua faktor fasilitas,  minimartket modren memiliki fasilitas-fasilitas yang lebih seperti AC dan Musik yang membuat konsumen merasa nyaman dan betah untuk belanja di tempat tersebut. Dan terakhir faktor pelayanan terhadap konsumen. Minimarket modren  memberikan pelanyanan yang sangat bagus seperti: kesopanan, penyambutan, sampai dengan mencarikan barang yang diinginkan oleh konsumen.
Masyarakat sekarang ini lebih mengutamakan kenyaman dan pelayanan, tentu sudah mulai bosan dengan toko-toko kecil yang kurang memperhatikan kerapian dan juga kebersihan. Sehingga membuat konsumen lebih memilih Minimarket modren sebagai tempat yang nyaman untuk berbelanja.
Taring Kaum Bermodal
            Kehadiran minimarket “I” hanya mengagumkan dari sudut pandang kapitalisme, namum menjengkelkan bagi pengusaha kecil. Minimarket “I” telah melemahkan pengusaha-pengusaha kecil dengan modal pas-pasan apalagi tanpa bantuan usaha dari lembaga kredit usaha. Sangat berbeda dengan “I” yang didukung oleh salah satu Bank swasta terkemuka. Dengan memberikan  plafon kredit sebesar Rp100 miliar  ditargetkan dapat diserap oleh pewaralaba “I”.(bisnis.com)
Lembaga Advokasi Umat Islam Majelis Ulama Indonesia (LADUI-MUI) Sumut memandang dari segi hukum usaha ritel yang dikembangkan minimarket “I” mengarah pada sistem perdagangan kapitalisme, Sekretaris MUI Sumut Prof Dr Hasan Bakti Nasution MA, mengatakan bahwa “I” dapat mematikan usaha kecil untuk berkembang dan pemerintah kurang melihat kalau “I” merupakan retail. “Retail itu kan untuk pengusaha kecil. “I” merupakan pengusaha menengah ke atas,” sebutnya.
Sehingga tidak sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan yang berazaskan pancasila sebagaimana diatur dalam pasal 33 ayat 4 UUD 1945 yang berbunyi “ Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokerasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Kemudian juga tidak sejiwa dengan UU No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, UU No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dan UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Hal ini lah yang melatarbelakangi dilayangkan-nya surat gugatan Nomor 04/Adv-MUI SU/XII/2011 tertanggal 15 Desember 2011  di meja majelis hakim Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) kota medan oleh LADUI-MUI dengan isi meminta kepada 16 kepala daerah se-Sumut membatalkan izin dan menutup usaha ritel “I”.(harianandalas.com 29 mei 2012).
Lantas bagaimana solusinya? Jelas suatu kesalahan apabila ada pemikiran untuk memblokir perkembangan minimarket modern, namun pasar bukanlah rimba, siapa kuat dia berkuasa. Pemerintah khususnya Disperindag, harus mempertimbangkan dengan serius dampaknya bagi usaha kecil, mengontrol jumlah dan lokasi minimarket. Karena kalau dibiarkan saja, bukan tidak mungkin hal ini akan menjadi “bola salju” yang mengelinding semangkin besar yang siap membekukan perekonomian rakyat kecil dan menimbulkan gejolak sosial.
Campur tangan Pemerintah dalam hal ini Pemko medan sangat berpengaruh untuk masa depan toko-toko kecil. Karena tanpa adanya izin dari pihak Pemerintah tidak akan banyak bermunculan minimarket “I”. Perlu adanya batasan kuota dan pengaturan tata letak agar terciptanya persaingan yang sehat dan berimbang antara kedai dengan minimarket “I”
Perlu ditekankan indonesia bukanlah negara dengan sistem Kapitalisme, tapi kenapa dalam kenyataan negara ini lebih kapitalis dari pada negara kapitalis? Mungkin bukan negaranya melainkan orang orang yang tidak menghargai jasa para pahlawan yang memperjuangkan Pancasila sebagai dasar negara ini.***
Penulis adalah mahasiswa fakultas hukum UMSU, dan aktif di pers mahasiswa TEROPONG
Artikel ini telah dimuat di Harian Analisa
Link : http://www.analisadaily.com/news/read/2012/07/28/65559/menyoal_monopoli_minimarket_modern/#.UTQR8VI1iG0

Pesawat Terbang diIndonesai Rawan Jatuh


Pesawat Terbang diIndonesai Rawan Jatuh
Oleh: Sagita Purnomo
Efisiensi waktu, biaya yang tejangkau, serta tingkat kenyamanan lebih, dan karena indoneesia adalah negara kepulauwan dimana pulau yang satu dengan pulau yang lainya terpisahkan oleh lautan dengan jarak yang relatif jauh, menjadi faktor tingginya antusias masyarakat terhadap mode transportasi udara. Degan peluang ini, menjadikan maskapai penerbangan berlomba lomba dalam bersaing. Mulai dari meningkatkan mutu pelayanan, sampai membuat promo tilket dengan harga yang murah untuk menarik perhatian konsumen.
Namun sayang antusias massyarakat yang tinggi terhadap mode transportasi udara tidak di imbangi dengan peningkatan standar keselamatan oleh para maskapai pengelolah, hal ini terlihat dari tingginya angka kecelakaan pesawat rerbang, berdasarkan data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan, sepanjang tahun 2011, sedikitnya terdapat 30 kecelakaan pesawat di Indonesia.
Tingginya angka kecelakaan pesawat ini disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari faktor internal pesawat seperti usia pesawat dan mesin pesawat yang sudah tua, gangguan pada sistem elektronik dan transmisi. Selain faktor internal faktor alam seperti hijan, cuaca buruk/angin kencang, petir, dan gunung/bukit  juga kerap memicu terjadinya kecelakaan.
Nah selain kedua fakor yang telah disebutkan diatas kesalahan manusia atau human error merupakan yang paling dominan.Kesalahan manusia diketahui sebagai faktor utama penyebab kecelakaan pesawat. Hal itu berdasarkan evaluasi yang dilakukan Asosiasi Psikologi Penerbangan (APP)  kepada lebih dari 300 kecelakaan pesawat. Hasilnya, sekitar 80-90 persen kecelakaan karena human error.
"Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan pesawat, namun manusia, khususnya kelelahan dari seorang awak pesawat adalah penyebab yang dominan," kata psikolog Asosiasi Psikologi Penerbangan Widura Imam Mustopo dalam diskusi Human Factor in Aviation di Jakarta, Selasa (5/6) lalu.(www.republika.co.id Kamis 22-juli 2012)
Berdasarkan penelitian A. Cassie yang dipublikasikan berjudul 'Aviation Psychology: Studies on Accident Liability, Proficiency Criteria and Personnel Selection', yang menunjukkan hubungan antara kecelakaan pesawat dengan situasi kelelahan seperti jam kerja yang panjang dan istirahat yang kurang memadai.
Kelelahan ini dapat menyebabkan menyempitnya rentang perhatian, hal ini menyebabkan penerbang cenderung untuk memusatkan pandangan pada hal-hal yang membuat dia khawatir dibanding dengan aspek yang sebetulnya lebih penting.
Perawatan dan Usia Pesawat
Masih segar teingat dibenak kita peristiwa keecelakaan pesawat Shukoi Super Jet 100 di gunung salak bogor jawa barat pada awal mei lalu, kejadian naas itu memewaskan sekitar 45 orang penumpangnya, dan beberapa hari lalu peristiwa yang sama kembali terulang kali ini pesawat Fokker 27 milik TNI AU jatuh di permungkiman warga sekitar bandara Halim Perdana Kusuma yang memelan 10 orang korban jiwa, yang terdiri dari masyarakat sipil dan awak pesawat.
Sudah bukan rahasia lagi, pesawat komersial yang dimiliki maskapai penerbangan nasional, sebagian besar adalah pesawat-pesawat berusia tua di atas 20 tahunan. Mereka membeli atau menyewa pesawat-pesawat yang sudah tak digunakan oleh maskapai penerbangan asing karena harganya relatif murah.
Pada tahun lalu standar organisasi penerbangan sipil internasional mengenai ketentuan kelaikan udara (Annex 8)  pemeriksaan terhadap 200-an pesawat yang dioperasikan sekitar 72 maskapai penerbangan nasional, sekitar 50% dari jumlah pesawat itu  dikategorikan tidak layak terbang. Ketidak layakan pesawat di indonesia pada umumnya terdapat pada ketidak layakan pada onderdil  yang digunakan pada mesin serta, usia pesawat yang sudah tua.
mengganti komponen satu pesawat dengan mengambil komponen dari pesawat yang lain, lalu menjadi hal biasa bahkan rutin. Misalnya, jika sebuah pesawat yang hendak terbang mengalami kerusakan pada sebuah komponen, maka komponen itu akan dicopot dari pesawat lain yang kebetulan sedang tidak terbang. Setelah pesawat itu kembali, komponen itu akan dicopot kembali, dan dikembalikan kepada pesawat semula, ini lah yang terjadi pada pesawat Fokke 27  milik TNI AU .
Soal ketentuan usia pesawat yang dianggap layak atau tak layak terbang ini, sampai saat ini memang belum ada ketentuannya. Selama memenuhi sertifikasi kelayakan udara, pesawat jenis apa pun, berusia berapa pun tetap boleh beroperasi.
Yang menjadi masalah ialah, rata-rata pesawat yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan domestik, usianya telah berumur sekitar 20 tahun, atau lebih. Usia itu setara dengan 30 ribu hingga 50 ribu kali terbang dan sangat berbahaya bagi keselamatan penerbangan. Maka bisa dibayangkan, berapa puluh ribu kali penerbangan yang sudah ditempuh pesawat Boeing yang disewa atau dimiliki oleh banyak maskapai nasional.
Pada umumnya pesawat yang sudah melampaui 50 ribu kali penerbangan, pesawat tersebut harus menjalani modifikasi khusus dan perawatan setiap dua hingga empat ribu kali penerbangan. Semuanya harus dicek dan tentu membutuhkan biaya yang cukup besar. pengecekan ideal biasanya menggunakan “block system”, yakni perawatan seluruh armada pesawat.
Di negara-negara lain seperti Singapura, Australia dan Malaysia, syarat kelaikan operasi pesawat lebih ketat. Di samping menggunakan Annex 8 mengenai standar kelaikan udara, negara-negara itu juga menerapkan Annex 16 mengenai ambang batas suara dan emisi gas buang yang diperbolehkan. Indonesia hingga saat ini belum memasukkan Annex 16 dalam standar kelaikan udara bagi pesawat yang dioperasikan.
Satu hal penting lain menurut Federasi Pilot Indonesia yang juga sering diabaikan maskapai domestik, yaitu menyangkut jam terbang seorang pilot. Ukuran ideal, seorang pilot dalam sebulan paling banyak terbang selama 110 jam, atau 1.100 jam dalam setahun.
Seharusnya, maskapai penerbangan mengikuti standardisasi penerbangan itu. Karena jika melebihi jam terbang ideal, seorang pilot sebenarnya tidak boleh terbang. Sayangnya banyak sekali manajemen maskapai penerbangan yang tidak terbuka soal ini dan tidak mempunyai standardisasi keselamatan kerja.
Sebagai pengguna jasa penerbangan kita mesti cerdas dalam bertindak, jangan terlalu terpengaruh dengan iming-iming tiket murah, pilihlah maskapai yang sudah mendapat kelayakan uju terbang yang bersertifikat nasional dan internasional, jangan sampai hanya karna ingin terbang dengan harga murah berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan atau sampai menjadi penerbangan terakhir kita.

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Hukum UMSU, dan aktif di Pers Masasiswa TEROPONG   
artikel ini telah di muat di Harian Analisa