Minggu, 15 Januari 2017

Medan Peringkat Satu Kota Tidak Aman


Oleh : Sagita Purnomo 

Lembaga survei terkemuka, Indonesia Research Center (IRC), merilis 10 kota paling tidak aman di Indonesia. Berdasarkan hasil survei yang diliris akhir Agustus lalu, menempatkan Medan urutan pertama dengan tingkat keamanan sebesar 3,2%, Samarinda 31,6%, Palem­bang 33,3%, Makasar 44,0%, Jakarta 48,9%, Lampung 50,0%, Surabaya 50,9%, Denpasar 51,5%, Bandung 61, 9% dan terakhir Semarang dengan 63,2%. 
Survei ini sangat selaras dengan kon­disi Kamtibnas Kota Medan yang sangat ra­­wan, mulai dari aksi kejahatan Begal se­makin merajarela di Kota Medan, bu­kan hanya di malam hari dan pada lokasi sepi nan gelap gulita saja, namun begal di Medan saat ini tanpa takut beraksi siang hari di pusat kota yang ramai ak­tivitas. Selain itu kejahatan narkotika, pen­curian, bentrok antar organisasi, pre­manisme, hingga aksi teror, semua itu berpadu menjadi satu ancaman serius bagi stabilitas keamanan kota.
Korban terbaru kejahatan begal terjadi pada Sabtu (3/9) kamarin tepatnya di Jln. Imam Bonjol depan Vihara Borobudur. Be­gal beraksi dengan mengendarai se­peda motor dan mengincar seorang wa­nita yang mengen­darai motor metik. Be­gal tersebut menarik tas korban hingga kor­ban terjatuh dari kendaraannya. Aki­batnya, korban mengalami luka serius di ba­gian wajah dan sampai saat ini sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Kejadian ini sangat mirip dengan peris­tiwa naas yang dialami oleh rekan penulis yang berprofesi sebagai jurnalis. Pembega­lan itu terjadi pada malam hari selepas ia pulang bekerja, begal meram­pas tasnya dan menendang sepeda motor kor­ban, sehingga korban terpental dan me­ngalami luka yang sangat parah pada ba­gaian lutut dan tangan. Persamaan lainnya dalam kedua aksi begal ini ialah, para korban sama-sama membuat la­poran, namun hingga sekarang polisi be­lum berhasil melacak menangkap pelaku be­gal tersebut.
Maraknya aksi begal yang tidak me­ngenal tempat dan waktu ini telah menghantui warga Kota Medan. Ma­sya­ra­kat sudah was-was dan ketaku­tan apa­bila berpergian, khususnya malam hari. Celakanya lagi, polisi yang bertugas men­jaga keamanan dan ketertiban ma­syarakat (Kamtibnas), tidak dapat berbuat ba­nyak, padahal persoalan pemberan­ta­san begal menjadi prioritas utama Polda Su­mut dan Polresta Medan.
Satuan khusus tim pemburu/pem­be­rantas preman telah dibentuk, namun ha­silnya belum dapat menjamin ke­ama­nan di tengah masyarakat kita.
Pada tahun 2016 ini, berbagai pe­ristiwa dan kriminalitas yang terjadi di Kota Medan menjadi sorotan media na­sional, mulai dari bentrokan antar ormas, pembunuhan sadis terhadap satu keluarga di Sei Padang, pembunuhan di kampus, penggere­bekan kampung narkoba, aksi begal, dan terakhir percobaan bom bunuh diri di rumah ibadah. Dengan berbagai kejadian tersebut, harusnya Kepolisian dae­rah Sumatera Utara, melakukan eve­luasi besar-besaran terkait dengan efek­tivitas program Kamtibnas di ja­jarannya, terutama Polresta Medan.
Meski keamanan di Kota Medan se­ma­kin rawan dan kinerjanya menjadi so­rotan, Ka­polresta Medan, Kombes Pol Ma­rdiaz Ku­sin Diwihanato, justru meng­klaim ber­hasil menjaga kondu­sifitas kota de­ngan me­ngurangi angka kejahatan. Ia juga mem­pertanyakan hasil survei yang dilansir IRC mengenai Medan peringkat pertama sebagai daerah yang tidak aman di Indonesia.
“Kalau dilihat grafiknya diperte­nga­han tahun 2016 ini angka kejahatan me­nurun. Dimana pelaku-pelaku begal su­dah banyak yang diamankan. Tetapi kita tidak mempungkiri masih ada juga warga yang menjadi korban keja­hatan,” kata­nya.
Disebutkannya, untuk memberikan pe­layanan keamanan bagi masyarakat, Pol­resta Medan telah membentuk tim khu­sus guna berjaga di daerah rawan.
“Kita selalu berkordinasi dengan Polda Sumut meningkatkan patroli anti be­gal, premanisme. Selain itu, sudah dibuat call center untuk memudahkan war­ga melaporkan aksi kejahatan,” tu­tupnya (Waspada.co.id)
Pernyataan Kapolresta ini tentu saja sa­ngat disayangkan, harusnya hasil sur­vei tersebut dapat dijadikan rujukan dan bahan evaluasi program penanggu­la­ngan kejahatan/krimina-litas di wilayah kerja­nya. Realita yang terjadi tingkat kejaha­tan di Kota Medan ini terus mengalami pe­ningkatan, khususnya aksi begal se­makin merajalela. Tim anti begal yang be­lum lama ini dibentuk, belum dapat mem­beri kemajuan berarti dalam pe­ngendalian tindak kejahatan. Hal ini di­ka­renakan mereka hanya bersifat me­nunggu laporan dari warga melalui Call Center  0813 7667 0983 Tim Pemburu Preman Sabhara Polresta Medan.
Sedangkan untuk patroli yang berke­si­nambungan dan pengawasan langsung di masyarakat, khususnya pada daerah-dae­rah  rawan sangat jarang dilakukan. Ke­lalaian polisi dalam pengawasan inilah yang menjadi celah bagi pelaku begal dalam menjalankan aksinya.
Harusnya intensitas patroli dan pe­nga­wasan lebih ditingkatkan, polisi da­lam menjaga Kamtibnas dapat bekerja­sama dengan pihak TNI dan Satpol PP. De­ngan semakin banyaknya aparat yang ter­libat, akan empersempit ruang gerak be­gal dalam menjalankan aksi. Bila perlu tim patrloli secara berkesinam­bungan me­nyisiri berbagai lokasi yang rawan dan diduga sebagai markas begal.
Kompleks
Persoalan begal dan tingginya tingkat kriminalitas, semakin menambah kom­pleks berbagai permasalahan yang terjadi di Kota Medan tercinta ini. Ya, saat ini Kota Medan dikepung segudang  persoa­lan klasik yang tidak dapat ditangani serta diselesaikan dengan baik oleh para pemimpin dan pejabat kota. Apabila hujan datang, Kota Medan sangat rawan akan serangan banjir, bukannya melaku­kan upaya penanggulangan seperti nor­ma­lisasi sungai, memperbaiki daerah re­sapan air dan penghijauan, dan pe­nga­daan bio pori, Pemko Medan justru hanya gen­car menjalankan proyek abadi drai­nase (korek paret). Bukannya efektif me­ngatasi banjir, proyek abadi drainase yang menyisakan ma­teri galian di bahu jalan justru me­nimbulkan masalah baru, se­perti men­jadi sum­ber kemacetan, pe­nyebab kecelakaan dan merusak estetika kota.
Masalah parkir liar juga belum dapat di­selesaikan dengan baik oleh pejabat ter­kait. Kota Medan telah berubah men­jadi sur­ganya para jukir liar dalam me­meras pe­milik kendaraan. Mereka dengan ta­nangnya beroperasi di tempat-tempat yang bahkan tidak termasuk dalam lokasi parkir.
Di Medan, setiap jengkal memarkir­kan kendaraan, pasti harus membayar, apalagi di Lapangan Merdeka yang kini memiliki fungsi ganda sebagai lahan parkir dadakan. Parkir liar di bahu jalan memberi kontribusi nyata terhadap parahnya kemacetan lalu lintas jalanan kota. Semakin banyak kendaraan yang parkir sembarangan, semakin sempit pula ruas jalan yang bisa dilewati.
Lihat saja bagaimana akutnya kema­ce­tan di Jalan Setia Budi, Jalan Surabaya, Kam­pung Lalang, Gatot Subroto dan sejumlah jalan lainnya.
Lain lagi halnya dengan kondisi jalan Kota Medan yang semakin hari semakin rusak dan penuh lubang. Jalanan di medan iba­ratkan permukaan bulan yang habis di­tabraki batu meteor, bergelombang, ber­lu­bang dan tidak rata. Apalagi di­musim penghujan tiba, jalanan akan be­ru­bah menjadi kubangan kerbau yang siap menelan pengendara apes tengah me­lintas.
Meski faktanya demikian, Wakil Wali Kota Medan sempat berujar jalanan di Kota Medan mulus 90 %. “Jalan di Kota Medan sudah bagus 90 persen. Kalau ada jalan yang rusak. Sebagian besar itu, ra­nah­nya pemerintah provinsi,” katanya Akh­­yar Nasution, saat menghadiri Pe­ngu­ku­han Pengurus Kumpulan Marga Pak­pa­han Kota Medan di Wisma Ma­hinna Center, Jalan Rela Simpang Pan­cing Medan, Minggu (12/6/) lalu. (Tri­bunNews.com)
Maraknya aksi begal, tingginya tingkat kriminalitas, persoalan parkir liar, ja­lan berlubang, reklame liar dan pa­rah­nya kemacetan kota harus diselesai­kan dengan tuntas segera.
Semoga kedepannya para pihak terkait baik itu Kepolisian, Walikota, Pejabat Ke­dinasan dan pihak terkait lainnya, da­pat melakukan perubahan serta men­ja­lan­kan tugas dengan baik dan benar. Ba­walah Medan menjadi kota yang aman, indah, tertib, aman dan nyaman un­tuk ditinggali siapa aja. Jangan cuma sekedar selogan retorika “Medan Rumah Kita dan Medan Top Kali”. ***

tulisan ini telah dimuat di Harian Analisa edisi Selasa 6 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar